Refleksi Peringatan Hari Bumi
Perubahan iklim (climate change) merupakan isu menarik
untuk dibahas dalam setiap
forum diskusi, akan tetapi perlu disikapi secara bijaksana dan komprehensif. Pembahasan
perlu dikaji lebih mendalam dan menyeluruh, dan tidak hanya sebatas konseptual
saja, tetapi perlu upaya implementasi. Dalam setiap pembahasan mengenai perubahan iklim sering kali terjebak pada upaya mitigasi dan
adaptasi yang harus dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim. Sehingga pembahasan kurang menyentuh ranah yang lebih
fundamental.
Secara
terminologi, ungkapan mitigasi adalah usaha yang dilakukan untuk meminimalkan
bahkan menghindari kemungkinan suatu kejadian atau peristiwa. Adaptasi
merupakan melakukan kegiatan dalam kondisi dan keadaan terburuk sekalipun. Konsep
yang sederhana tersebut, kemudian berkembang menjadi tindakan yang berdasarkan
skenario dan asumsi-asumsi. Asumsi tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan
sebab-akibat (causal-effect), seperti
emisi gas rumah kaca berdampak pada pemanasan global yang menyebabkan iklim
menjadi berubah dan tidak menentu.
Perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi ini menyebabkan turunnya hujan
dalam waktu yang lama dan seringkali terjadi secara tiba-tiba, sehingga
mengakibatkan banjir. Tindakan yang didasari skenario dan asumsi terlalu rumit
untuk dibahas, sehingga perlu dilakukan pemikiran dengan sudut pandang yang
lebih sederhana, akan tetapi menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan
masyarakat dapat mendapatkan manfaatnya secara langsung. Pendekatan yang lebih
sederhana, dengan mengoptimalkan peran masyarakat seringkali mendapatkan hasil
yang lebih optimal.
Budaya Peduli Lingkungan
Sikap peduli
lingkungan dapat dijadikan strategi yang sederhana untuk ikut serta dalam
mengatasi perubahan iklim global. Sikap ini harus dimiliki oleh semua
masyarakat, dan dapat dimulai dari lingkungan sekitar. Kepedulian terhadap
lingkungan dapat dilakukan dengan cara hemat energi, seperti mematikan lampu
jika tidak diperlukan, memakai peralatan listrik seperlunya saja, dan mengisi
ruang kosong di lingkungan dengan pepohonan. Sikap seperti ini secara langsung
belum terlihat hasilnya dalam waktu dekat, akan tetapi ini bagian dari proses
untuk menumbuhkan budaya peduli terhadap lingkungan.
Kesadaran
peduli terhadap lingkungan secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa memiliki
terhadap lingkungan. Rasa memiliki akan menimbulkan rasa kepekaan yang tinggi
terhadap lingkungan. Rasa memiliki dan peka terhadap lingkungan itu akan
mendapatkan hasilnya dimasa yang akan datang, yaitu lingkungan yang bersih,
aman, dan nyaman untuk ditempati. Budaya peduli lingkungan perlu dimiliki oleh
setiap orang agar terciptanya rasa kesadaran, memiliki, dan kepekaan terhadap
lingkungan.
Memacu Kesadaran Masyarakat
Peringatan Hari
Bumi yang diperingati pada tanggal 22 April dapat dijadikan momentum refleksi
pada diri kita. Refleksi tersebut tercermin dalam jiwa yang diwujudkan dengan
cinta dan kasih serta senantiasa untuk menjaga lingkungan sekitar. Dalam
memperingati hari bumi, bukan sekedar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam waktu
satu hari saja, akan tetapi tidak berbekas ketika peringatan telah berakhir.
Peringatan Hari
Bumi tidak harus dilakukan dengan kegiatan yang berskala besar dan harus
dilalui dengan program-program kerja. Kegiatan dapat dimulai dari sesuatu yang
sederhana terhadap lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan di lingkungan sekitar seperti tempat tinggal,
lingkungan sekolah, dan lingkungan kampus. Kegiatan tersebut terlihat kecil,
akan tetapi apabila setiap orang memiliki kesadaran untuk melakukannya, maka secara
jiwa telah mempunyai rasa kesadaran, memiliki, dan kepekaan terhadap
lingkungan.
Tindakan yang
sederhana seperti ini, belum melekat pada jiwa sebagian besar masyarakat kita. Masyarakat
masih beranggapan, bahwa ini hanya bungkus permen atau yang lainnya. Bahkan ada
yang beranggapan, ini sudah ada bagian yang membersihkannya. Kondisi yang
demikian sungguh ironis ditengah gencarnya slogan yang bertemakan save our earth. Sikap seperti ini seakan-akan melepaskan
tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Seharusnya kita dapat memulai dari
sesuatu yang kecil, sebagai tahapan untuk menuju perbaikan yang lebih besar.
Meskipun hanya bungkus permen, namun jika kita memiliki jiwa peduli lingkungan
maka kita akan membersihkannya tanpa pertimbangan apapun. Jiwa yang seperti ini
perlu dibangun, dan marilah kita tumbuhkan jiwa yang sehat, sadar, peduli, dan
peka terhadap lingkungan, sebagai titik balik dari momentum pada peringatan
Hari Bumi setiap tanggal 22 April.
Penulis:
Arif
Roziqin, Mahasiswa Geografi Program Pascasarjana UGM
2 komentar:
Artikelnya bagus banget, kunjungi baliknya: http://ilmu-matematika.blogspot.com/
Pak Yoyo, terimakasih banyak atas apresiasinya :)
terimakasih juga sudah berkenan berkunjung di blog saya :)
Post a Comment