Menyoal Dana Pensiun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang notabene adalah wakil
rakyat harus peka terhadap realitas kehidupan rakyat saat ini. Berbagai
problema seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran telah banyak mendera
rakyat. Hal tersebut harus menjadi perhatian DPR jika mereka benar-benar
pro-rakyat atas keterwakilannya di lembaga legistatif pemerintahan.
Namun, hal itu sering dilupakan oleh DPR ketika mereka
menjabat di lembaga pemerintahan. Mereka hanya ingat rakyat ketika masa
pemilihan umum tiba. Rakyat hanya dimanfaatkan sebagai mesin elektoral untuk
meningkatkan elektabilitasnya saat mereka maju bersaing dalam bursa pemilhan
umum. Seolah-olah rakyat hanya merupakan konstituen, padahal rakyat juga
mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh wakil rakyat sebagai lembaga tinggi
negara.
Sejauh ini, fasilitas yang diperoleh DPR saat menjabat cukup
banyak, misalnya gaji pokok dan berbagai tunjangan yang beranekaragam serta
jumlahnya yang berjibun. Kalau ditinjau secara komprehensif, DPR sangat tidak
layak mendapat dana pensiun, karena selain masa jabatanya relatif pendek, juga
kontribusinya tidak optimal untuk rakyat. Hal itu menurut penulis sangat tidak
realistis jika mereka masih mendapatkan dana pensiun.
Diakui atau tidak, negara kita adalah negara hukum, yang
kesemuanya diatur dalam konstitusi. Terkadang konstitusi tersebut bersifat
pragmatis dan tidak sesuai dengan hati nurani rakyat, seperti Undang Undang Nomor
12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan / Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga
Tertinggi / Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi / Tinggi
Negara dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara. Undang Undang tersebut dibuat
oleh DPR untuk kepentingan DPR itu sendiri, seperti diadakanya dana pensiun
untuk DPR. Sayogyanya Undang-undang tersebut perlu dikaji ulang, mengingat
tidak sepantasnya DPR mendapatkan dana pensiun. Alangkah baiknya dana pensiun
DPR dialokasikan untuk rakyat.
Seharusnya DPR itu malu, karena sudah terlalu banyak memakan uang rakyat. DPR serba kecukupan, bahkan bisa dibilang fasilitasnya mewah. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kondisi rakyat yang semakin terjepit. Berbagai bahan makanan naik, daging sapi naik, dan masih banyak lagi yang menjadi indikator kesengsaraan rakyat.
Seharusnya DPR itu malu, karena sudah terlalu banyak memakan uang rakyat. DPR serba kecukupan, bahkan bisa dibilang fasilitasnya mewah. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kondisi rakyat yang semakin terjepit. Berbagai bahan makanan naik, daging sapi naik, dan masih banyak lagi yang menjadi indikator kesengsaraan rakyat.
0 komentar:
Post a Comment